Dalamperkembangannya, STOVIA menjadi sekolah yang mendidik dokter bumiputera dan bukan hanya dokter Jawa. Pada awalnya bangunan STOVIA terletak di Hospitaalweg, kemudian pada 5 Juli 1920 seluruh pendidikan dipindahkan ke Salemba (sekarang dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia).
Dulu sekali disini adalah STOVIA.âSchool tot Opleiding van Indische Artsenâ.Disingkatlah Sekolah Pendidikan Dokter DjawaHindia.Ia lah sekolah pendidikan dokter yang diperuntukkan bagi kaum Bumiputra di Batavia pada era kolonialisme di Hindia STOVIA kemudian dikenal menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Kedokteran di Universitas pada dekade kolonialisme itu juga lalu berpindah ke gedung barunya di Jalan Salemba. Kampus STOVIA lama di Weltevreden kini telah berganti fungsi menjadi Museum Kebangkitan tanpa alasan, barangkali memang sesuai dengan riwayat panjang pahit-manisnya sekolah yang akan mencetak pembantubakal asisten/mantridokter-dokter Belanda kala itu, alih-ali justru mencetak kaum intelektual terpelajar yang melahirkan Boedi Oetomo. Menarik untuk diulas STOVIA adalah kampus bersejarah pencetak Dokter kampus pejuang kampus pencetus Boedi kampus pencetak Dokter pertama di kampus pemula yang melahirkan Fakultas kedokteran di Universitas kampus yang karena sejarah nya yang panjang. Melansir dari laman kementerian Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia,sebagai pengelola cagar budaya museum yang merupakan bekas kampus STOVIA ini sejarah berdirinya STOVIA tidak lepas dari upaya pemberantasan berbagai penyakit menular seperti tipes, kolera, disentri yang tersebar di Banyumas dan Purwokerto pada tahun 1847. Wabah penyakit itu tidak dapat diberantas tenaga medis pemerintahan Hindia Belanda yang jumlahnya pula dengan pengobatan yang telah ada pada waktu itu masih sangat tradisional, sehingga ada usul dari Kepala Jawatan Kesehatan waktu itu Dr. W. Bosch untuk mendidik beberapa anak Bumiputra menjadi pembantu dokter Belanda. Pada tahun 1849 keluar keputusan Gubernemen yang menetapkan bahwa di rumah sakit militerkini RSPAD akan dididik 30 pemuda Jawa dari keluarga baik-baik yang pandai menulis dan membaca bahasa Melayu dan jawa untuk menjadi dokter pribumi dan âvaccinateurâ mantri cacar. Selesai pendidikan mereka harus bersedia masuk dinas pemerintahan sebagai mantri cacar. Bulan Januari 1851 berdirilah Sekolah Dasar Jawa di Rumah Sakit Militer Weltevredenkini Soebrotodengan masa pendidikan 2 tahun. Pendidikan diikuti oleh 12 orang yang semuanya berasal dari Pulau Jawa. Materi pelajaran meliputi cara mencacar dan memberikan pertolongan kepada penderita sakit panas dan sakit perut. Bahasa pengantar menggunakan bahasa Melayu. Pada 5 Juni 1853 Sekolah Dasar Jawa meluluskan 11 pelajar dan menyandang gelar Dokter Jawa. Mereka dipekerjakan sebagai mantri cacar, diperbantukan di Rumah Sakit dan membantu dokter militer merangkap dokter sipil. Seja 1856 Sekolah Dokter Jawa mulai menerima murid yang berasal dari Pulau Jawa, yaitu dari Minangkabau Sumatera 2 orang dan Minahasa Sulawesi 2 orang. Tahun 1864 lama pendidikan Sekolah Dasar Jawa ditingkatkan dari 2 tahun menjadi 3 tahun dengan jumlah siswa dibatasi 50 orang. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas para dokter sehingga mampu bekerja sendiri dibawah pengawasan dokter Belanda dan Kepala Pemerintahan Daerah. Namun pengabdian para dokter lulusan Sekolah Dasar Jawa dimasyarakat mendapat penolakan dari beberapa dokter Belanda, sehingga sejak tahun 1864 pemerintah kolonial mencabut wewenang praktek dokternya, dan memperkerjakan mereka sebagai mantri cacar. Perubahan besar terjadi pada tahun 1875 karena lama pendidikannya ditingkatkan menjadi 7 tahun, dengan jumlah murid 100 orang. Tahun 1899 atas usul Dr. Roll dibangun gedung baru. Pembangunan gedung ini mendapatkan bantuan dari 3 orang pengusaha Belanda dari Deli yaiotu, Janssen, J. Nienhuys dan van den Honert. Bulan September 1901 di Betawi muncul wabah penyakit beri-beri dan kolera yang juga menimpa para pelajar Sekolah Dasar Jawa, sehingga pemindahan pelajar dari rumah sakit militer Weltevreden ke gedung di Hospitaalweg tertunda. Pada 1 Maret 1902 gedung baru tersebut mulai resmi digunakan untuk STOVIA School Tot Opleiding Van Inlandshce Artsen yaitu Sekolah Kedokteran Bumiputra. Munculnya STOVIA menandai berakhirnya Sekolah Dokter jawa. Selama menjalani pendidikan, pelajar STOVIA diharuskan tinggal di dalam asrama yang menerapkan sikap disiplin dan tanggung jawab yang ketat. Jadwal kegiatan sudah ditentukan dari pagi sampai malam hari, bagi mereka yang melanggar ketentuan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya. Pelajar yang masuk ke STOVIA diwajibkan membuat surat perjanjian acte van verband. Isi surat itu akan mengikat lulusan SOTVIA untuk bekerja pada dinas pemerintahan selama 10 tahun berturut-turut, dimana saja tenaganya diperlukan. Kalau tidak ia bersama orang tua atau walinya akan mengembalikanbiaya pendidikan selama 9 tahun kepada pemerintah. Namun perjanjian tersebut merisaukan dan memberatkan pelajar-pelajar yang masih melangsungkan pendidikannya sehingga diantara mereka banyak yang berhenti dan sekolahpun kekurangan murid. Sehingga surat perjanjian tersebut ditinjau kembali dan akhirnya ketentuan itu hanya diberlakukan pada pelajar baru. Setelah itu proses pendidikanpun berlangsung normal kembali. Pada 1909 STOVIA berhasil meluluskan muridnya, buat mereka yang mengakhiri pendidikan dengan baik di STOVIA tidak lagi bergelar Dokter Jawa melainkan Inlandsche Arts Dokter Bumiputera. Mereka berwenang mempraktekkan ilmu kedokteran seluruhnya termasuk kebidanan. Jumlah pelajar STOVIA terus bertambah dan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, maka perlu dibangun gedung baru sebagai tempat pendidikan dan praktek pelajar STOVIA. Tahun 1919 berdiri rumah sakit Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting di Salemba yang dipimpin oleh Dr. Hulskoff. Di rumah sakit inilah dijadikan sebagai tempat praktek pelajar STOVIA karena sarana dan prasarananya lebih lengkap dan modern. Pada 5 Juli 1920 secara resmi seluruh kegiatan pendidikan STOVIA dipindahkan ke jalan Salemba yang sampai sekarang dikenal dengan âFakultas Kedokteran Universitan Indonesiaâ. Sedangkan STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Pada 1925 gedung STOVIA lama tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran Sekolah Kedokteran Bumiputra, tapi menjadi tempat pendidikan untuk MULO setingkat SMP, AMS setingkat SMA dan Sekolah Asisten Apoteker. Dan masuknya bala tentara Jepang pada tahun 1942 mengakhiri penggunaan Gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan pembelajaran. Sejarah Museum Kebangkitan Nasional STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Sekolah Dokter Jawa menempati salah satu bangunan yang ada dalam rumah sakit militer, karena pengajarnya merangkap sebagai dokter di rumah sakit tersebut. Aktifitas pendidikan dan asrama Sekolah Dokter Jawa yang berlangsung setiap hari dinilai mengganggu kenyamanan rumah sakit, karena itu dewan pengajar memutuskan untuk memindahkannya dari lingkungan rumah sakit militer Weltevreden. Tahun 1899 Direktur Sekolah Dokter Jawa Dokter Rool, mulai melaksanakan pembangunan gedung baru disamping rumah sakit militer. Kegiatan pembangunan gedung sempat terhenti karena kekurangan biaya, karena itu Dokter Rool selaku Direktur Sekolah Dokter Jawa berjuang keras mengumpulkan dana untuk membiayai pembangunan gedung tersebut. Berkat bantuan pengusaha perkebunan dari Deli, pembangunan gedung dan asrama pelajar kedokteran dapat diselesaikan pada bulan September 1901. Tanggal 1 Maret 1902 gedung tersebut secara resmi digunakan untuk pendidikan kedokteran dan asrama yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang dibutuhkan oleh penghuninya. Gedung baru tersebut menjadi tempat belajar dan tempat tinggal yang menyenangkan, karena lingkungan sekitar gedung sangat asri. Halaman gedung dipenuhi hamparan rumput diselingi dengan taman-taman yang indah. Pemanfaatan gedung baru menandai terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan kedokteran di Hindia Belanda, Sekolah Dokter Jawa diganti menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra dengan masa pendidikan 9 tahun. Kurikulum pendidikan di STOVIA disesuaikan dengan School Voor Officieren van gezondeid di Utrech, sehingga lulusan STOVIA diharapkan sama dengan lulusan sekolah serupa di Eropa. Pelajar STOVIA yang sudah menyelesaikan pendidikannya mendapatkan gelar Inlandsch Arts atau dokter Bumiputra. Mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah dan ditempatkan di daerah-daerah terpencil untuk mengatasi berbagai macam penyakit menular. Dokter-dokter muda ini akan dibekali dengan tas kulit yang berisi alat-alat kedokteran dan uang saku untuk perjalanan menuju lokasi tugas. STOVIA menjadi lembaga pendidikan pertama yang menjadi tempat berkumpulnya para pelajar dari berbagai wilayah, karena pemerintah memberi kesempatan yang sama untuk menjadi pelajar STOVIA kepada semua anak bumi putera yang memenuhi syarat. Pelajar STOVIA umumnya memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, karena persyaratan untuk masuk menjadi pelajar STOVIA harus melalui proses yang sangat ketat dan selektif. Anak-anak yang sudah diterima menjadi pelajar STOVIA harus tinggal dalam asrama yang dipimpin oleh seorang pengawas Indo-Belanda yang disebut dengan suppoost. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan asrama STOVIA menjadi media untuk mempelajari adat istadat suku bangsa lain, sehingga tercipta suasana saling memahami akan perbedaan kehidupan sosial dan kebudayaan. Rasa persaudaraan antar penghuni asrama sudah mulai lahir, mereka sudah tidak lagi memperdulikan perbedaan etnis, budaya atau agama. Seiring dengan perkembangan zaman gedung STOVIA dianggap tidak representatif lagi untuk dijadikan sebagai tempat pendidikan dokter, karena itu pemerintah Hindia Belanda membangun gedung baru di Salemba yang bernama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting sekarang menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Gedung tersebut menjadi tempat pendidikan kedokteran merangkap rumah sakit, peralatan kedokteran yang ada didalamnya sama dengan yang ada di Eropa. Mulai bulan Juli 1920 kegiatan pendidikan STOVIA pindah ke gedung baru di Salemba, ruang-ruang kelas yang ada dimanfaatkan sebagai tempat belajar Sekolah Asisten Apoteker. Pelajar STOVIA diberikan kebebasan untuk memilih tempat tinggal di asrama STOVIA atau kos di rumah penduduk yang ada di daerah sekitar Salemba. Tahun 1926 gedung STOVIA tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, semua aktifitas pendidikan kedokteran dipindahkan ke Salemba termasuk asrama para pelajarnya. Pemerintah kolonial HINDIA Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara dengan SMP dimasa sekarang. Masuk STOVIA bukan hal mudah, mereka harus melewati ujian yang sulit dan ketat. Mahasiswanya pun wajib belajar keras. Inilah yang kemudian membuat banyak mahasiswa STOVIA berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu. Namun justru, anak-anak dari kalangan miskin inilah muncul tokoh-tokoh Indonesia yang militan, baik sebagai dokter maupun sebagai pejuang. Salah satu faktor yang mendorong munculnya para pejuang yang nantinya menjadi tokoh nasional Indonesia itu adalah lokasi STOVIA itu sendiri. STOVIA berada di Weltevreden, pusat Kota Batavia, yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Para pelajar STOVIA yang kebanyakan berasal dari kota-kota kecil mulai mendapat dorongan intelektual dari lingkungan sekolahnya. Batavia juga jadi kediaman kelompok intelektual nonpribumi, yang kemudian memengaruhi pola pikir mahasiswa STOVIA. Dalam perkembangannya, STOVIA menjadi lembaga yang mendidik dokter-dokter Bumiputera inlandsch arts dan bukan hanya dokter Jawa. Sekolah ini mulai membuka kesempatan bagi siapa saja tanpa memandang keturunan. Walau memang, untuk bersekolah di sini dibutuhkan biaya sendiri. Untuk masuk ke STOVIA pun siswanya harus melalui ujian yang ketat. Tahun 1903, terjadi perubahan dalam sistem penerimaan siswa baru STOVIA. Mereka mulai menerima siswa dari sekolah pribumi sebelumnya hanya menerima siswa tamatan sekolah Belanda. STOVIA juga kemudian membebaskan siswa-siswanya dari kewajiban membayar. Bahkan, mahasiswanya mendapat alat-alat kuliah dan seragam gratis. Siswa-siswa STOVIA juga menerima uang saku sebesar 15 gulden per bulan. Pembebasan biaya itu membuka kemungkinan dari pemuda-pemuda golongan priayi untuk belajar di STOVIA. Hal ini kemudian menghasilkan tokoh-tokoh bangsa dari kalangan priayi, seperti Wahidin Sudirohusodo dan Tjipto Mangoenkoesomo. Mengutip buku karya R Soetomo, Kenang-Kenangan Soerabaia 1934, tempat yang paling disenangi sebagian besar pelajar STOVIA adalah perpustakaan milik Douwes Dekker, seorang Indo yang sangat mendukung politik etis. Dekker tinggal di dekat STOVIA. Bagi sebagian pelajar STOVIA, keberadaan Douwes Dekker memiliki arti maha penting. Dia adalah seorang intelektual yang rumahnya selalu terbuka sebagai tempat pertemuan, memiliki ruang baca, dan perpustakaan. Douwes Dekker juga yang menginspirasi pelajar-pelajar STOVIA, seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Surjopranoto, serta Tjokrodirdjo belajar menuangkan gagasan mereka dalam surat kabar. Mereka juga belajar untuk menyuarakan pendapat mereka dan semakin jeli melihat kondisi rakyat dan bangsanya. Semangat para pelajar STOVIA untuk memperbaiki nasib bangsanya semakin kuat dengan kedatangan Sudirohusodo pada akhir tahun 1907. Dr. Wahidin mengampanyekan pendidikan bagi kaum priayi dan masyarakat kelas bawah. Mereka berpendapat, masyarakat perlu diberikan pendidikan karena perluasan pengajaran akan menumbuhkan kesadaran kebangsaan. Gagasan dr. Wahidin itu membuka pikiran pelajar STOVIA untuk mengembangkan cita-cita baru. Cita-cita baru itulah yang kemudian mendorong lahirnya suatu organisasi baru. Pada tanggal 20 Mei 1908, organisasi bernama Boedi Oetomo dibentuk oleh para mahasiswa STOVIA. Tujuannya adalah untuk memperjuangkan nasib rakyat agar memiliki kehidupan yang pantas. Sekarang,tiap tahunnya, tanggal 20 Mei terus dirayakan dan diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan yang lahir dari Kampus STOVIA ini. Peristiwa Bersejarah di Gedung Kebangkitan Nasional âBulan Desember 1907 Dokter Wahidin Soedirohoesodo mengadakan ceramah tentang Studie Founds beasiswa dihadapan pelajar STOVIA. âTanggal 20 Mei 1908 pelajar STOVIA mendeklarasikan berdirinya organisasi modern pertama Boedi Oetomo. âTanggal 7 Maret 1915 Pelajar STOVIA mendirikan organisasi kepemudaan pertama Tri Koro Dharmo. âTanggal 6 April 1973 Gedung STOVIA mulai dipugar oleh pemerintah DKI Jakarta. âTanggal 20 Mei 1974 Presiden Soeharto meresmikan pemanfaatan Gedung Kebangkitan Nasional. âTanggal 12 Desember 1983 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bangunan bersejarah Gedung Kebangkitan Nasional sebagai Cagar Budaya. âTanggal 7 Februari 1984 pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional. âTanggal 13 Desember 2001 Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. âTahun 2012 sampai sekarang Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SekarangMuseum bekas gedung STOVIA ini masih kokoh dan nuasa keheningan disana masih tetap kerasa meski berada di tengah-tengah kebisingan dan carut marut kota Jakarta. Berbagai alat kedokteran yang canggih di zaman mereka dulu masih tertata rapi di sana.
Berwisata atau mencari obyek rekreasi nggak perlu selalu keluar kota. Buat kamu yang tinggal di Jakarta, ada banyak sekali tempat wisata yang masih bisa kamu kunjungi. Mulai dari wisata alam, wahana permainan, hingga belajar sejarah di museum bisa menjadi pilihan. Di Jakarta sendiri ada banyak sekali museum bersejarah yang bisa kamu kunjungi untuk melepas penat sekaligus menambah wawasanmu. Nah itulah yang menjadi pembahasan kali ini dari Podcast Jajan Sejarah bareng Dua Farid!. Seperti biasa, pada episode kali ini dua cowok pecinta kuliner ini akan mengajak kamu jalan-jalan ke tempat bersejarah, sekaligus mencari berbagai kuliner enak di daerah Jakarta! baca juga Peringatan Harkitnas Di Museum Kebangkitan Nasional [FOTO] Gedung Stovia, Saksi Sejarah Hari Kebangkitan Nasional Seminar Indonesia Menuju Ekonomi Berkeadilan Tujuan kali ini adalah sebuah gedung bersejarah yang berada di pusat kota Jakarta yakni Gedung Stovia. Gedung itu sendiri kini telah berubah menjadi Museum Kebangkitan Nasional! Penasaran akan bagaimana keseruannya? Langsung simak obrolan mereka lewat Podcast Jajan Sejarah di RCTI+ yuk! Podcast Jajan Sejarah di RCTI+ Sekolah kedokteran di Indonesia kini memang sudah banyak tersebar di berbagai daerah. Tapi jauh sebelum itu, cikal bakal sekolah dokter di tanah air berawal dari sini, Stovia School tot Opleiding van Indische Artsen yang berada di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Gedung yang sampai sekarang masih berdiri kokoh sebagai Museum Kebangkitan Nasional ini pun menjadi saksi berbagai fase perjuangan kemerdekaan. Saat pertama kali dibangun, Gedung Stovia memang dibuat untuk menjadi sekolah kedokteran bagi pribumi. Tapi di tempat itu pula tempatnya di ruang anatomi, organisasi pergerakan Budi Utomo lahir. "Jadi di tahun 1908 tanggal 20 Mei, di situlah mahasiswa-mahasiswa kumpul, terus akhirnya mencetuskan Budi Utomo," ucap Farid dalam siaran Podcast Jajan Sejarah. Selain itu, gedung Stovia juga menjadi saksi masa penjajahan Jepang. "Waktu Jepang masuk sekitar tahun 42 sampai dengan 12 tahun kedepannya, gedung ini difungsikan sebagai kamar tahanan pasukan Belanda yang melawan Jepang," ucap Farid. Kemudian gedung ini juga dipakai untuk tempat tinggalnya keluarga Belanda dan keluarga asal Indonesia Timur. Mau tahu gimana kelanjutan cerita mereka? Dengarkan selengkapnya hanya di Podcast Jajan Sejarah eksklusif di RCTI+.[]
STOVIAadalah sekolah dokter di Jawa yang resmi dibuka bulan Maret 1902. Halaman all. STOVIA adalah sekolah dokter di Jawa yang resmi dibuka bulan Maret 1902. Halaman all. Tempat pendidikannya berada di Rumah Sakit Militer di Kawasan Wltevreden, Batavia (Jakarta). Empat tahun kemudian, tanggal 5 Juni 1853, kegiatan kursus juru kesehatan
On 25 Aug 2021 Gedung STOVIA/Adhi Muhammad Daryono/Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Setiap tanggal 20 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Tanggal tersebut merupakan lahirnya organisasi Budi Utomo, salah satu organisasi pergerakan nasional di kalangan pemuda untuk mencapai kemerdekaan. Pendirian organisasi tersebut berada di Gedung STOVIA atau School tot Opleiding van Indische Artsen, sekolah pendidikan dokter untuk kaum pribumi pada 20 Mei 1908. Gedung STOVIA terletak di Hospitaalweg - Gang Menjangan kemudian menjadi Jl. Abdurrahman Saleh No. 26, Kampung Ambon, Kelurahan Senen, Kecamatan Senen, Wilayah Jakarta Pusat. Pembangunan gedung dimulai pada tahun 1899. STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreden, sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto yang berada tidak jauh dari lokasi Gedung STOVIA. Para Mahasiswa STOVIA banyak yang menjadi tokoh pergerakan nasional Indonesia seperti Dokter Ciptomangunkusumo, Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudirohusodo, Dokter Setiabudi Douwes Dekker dll. Pada 5 Juli 1920 pemerintah kolonial Belanda memindahkan seluruh kegiatan pendidikan STOVIA ke Salemba. Sedangkan di gedung STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Baru pada 1926, asrama pelajar pun hijrah ke wilayah Salemba. Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara SMP di masa sekarang. Pada 20 Mei 1974, Gedung Kebangkitan Nasional diresmikan Presiden Soeharto sebagai Gedung Kebangkitan Nasional. Pada 27 September 1982 pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta pada pemerintah pusat, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian, pada 12 Desember 1983, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selain jadi cagar budaya, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk melestarikan sejarah kebudayaan masa lalu. Letak museum itu berada di Jalan Dr Abdul Rahman Saleh, Senen, Jakarta Pusat.
Copyand Edit. QUIZ NEW SUPER DRAFT. Perintis kebangkitan Nasional. liliana_kristacitra_47597. a year ago. 67% average accuracy. 114 plays. 8th grade. Social Studies.
Jakarta - Hari ini, Jumat, 28 Oktober 2022, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun. Isi Sumpah Pemuda dan maknanya sangat penting dipahami oleh setiap orang Indonesia, tidak hanya pemuda. Pasalnya, Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda membangkitkan semangat rakyat Indonesia, terurama para anak muda untuk menegaskan kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, makna Sumpah Pemuda tentunya sangat penting untuk selalu ditanamkan dalam jiwa. Lahirnya Sumpah Pemuda tak lepas dari jasa para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi dan perkumpulan. Selain itu peran STOVIA juga tak kalah penting. STOVIA sering juga disebut sebagai kampus perjuangan. Sejarah hingga Makna Logo Sumpah Pemuda 2022 Ngenal Sugondo Djodjopuspito Lare Penghulu Pelopor Sumpah Pemuda 1928 Menyambut Hari Sumpah Pemuda dengan Jam Tangan Bernuansa Nilai Kebangsaan Indonesia Melansir kanal Health STOVIA adalah singkatan dari School tot Opleiding van Indische Artsen atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera. STOVIA adalah kampus yang mencetak tokoh-tokoh pergerakan Indonesia, seperti Dr Sutomo, Tjipto Mangunkusomo, dan Wahidin Sudirohusodo. STOVIA juga merupakan cikal bakal Fakultas Kedoketeran Universitas Indonesia. Dalam perkembangannya, STOVIA yang berdiri padsa 1898 menjadi lembaga yang mendidik dokter-dokter Bumiputera inlandsch arts dan bukan hanya dokter Jawa. Sekolah ini mulai membuka kesempatan bagi siapa saja tanpa memandang keturunan. Walau memang, untuk bersekolah di sini dibutuhkan biaya sendiri. Untuk masuk ke STOVIA pun siswanya harus melalui ujian yang ketat. Tahun 1903, terjadi perubahan dalam sistem penerimaan siswa baru STOVIA. Mereka mulai menerima siswa dari sekolah pribumi sebelumnya hanya menerima siswa tamatan sekolah Belanda. STOVIA juga kemudian membebaskan siswa-siswanya dari kewajiban membayar. Bahkan, mahasiswanya mendapat alat-alat kuliah dan seragam gratis. Siswa-siswa STOVIA juga menerima uang saku sebesar 15 gulden per bulan. STOVIA sempat dianggap sebagai sekolah untuk orang miskin. Para putra-putra priayi kalangan tinggi tidak ingin masuk ke sekolah tersebut. Masuk STOVIA bukan hal mudah, mereka harus melewati ujian yang sulit dan ketat. Mahasiswanya juga wajib belajar sangat memimpin para hadirin saat menyanyikan lagu Indonesia Bung HattaHari Kebangkitan Nasional semestinya bukan hanya dirayakan seremonial yang kemudian membuat banyak mahasiswa STOVIA berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu. Namun justru, anak-anak dari kalangan miskin inilah muncul tokoh-tokoh Indonesia yang militan, baik sebagai dokter maupun sebagai pejuang. Salah satu faktor yang mendorong munculnya para pejuang yang nantinya menjadi tokoh nasional Indonesia itu adalah lokasi STOVIA itu sendiri .STOVIA berada di Weltevreder, pusat Kota Batavia, yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Tokoh pemuda lainnya yang lahir dari STOVIA adalah Bahder Djohan yang berasal dari Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat. Bahder Djohan menapaki jenjang pendidikan dokter di STOVIA pada 1919, setahun menjelang perpindahan aktivitas belajar ke Salemba Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tak hanya sibuk bergelut dengan buku, salah seorang sahabat Bung Hatta in juga turut aktif dalam arus pergerakan nasional pada awal abad ke-20. Bahder bergabung dengan organisasi Jong Sumatranen Bond JSB semenjak bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULOâjenjang pendidikan setingkat sekolah menengah pertama. Melansir laman resmi Museum Sumpah Pemuda, Bahder didapuk menjadi sekretaris JSB cabang Padang pada 1918. Dua tahun berselang, karier organisasi Bahder Djohan meningkat pesat. Ia terpilih sebagai sekretaris utama Jong Sumatranen Bond. Puncaknya, Bahder Djohan dipilih menjadi Ketua pada PemudaSTOVIA. foto santijehannandaDalam Kongres Pemuda Pertama yang digelar pada 30 April-2 Mei 1926 di Gedung Vrijmetselaarsloge Gedung Kimia Farma diikuti oleh pelbagai organisasi, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, Pemuda Minahasa, dan Jong Islamieten Bond. Bahder hadir sebagai salah satu perwakilan Jong Sumatranen Bond yang didapuk sebagai panitia kongres. Kongres Pemuda I dapat dikatakan memberikan dasar penting pada lahirnya konsep âIkrar Pemudaâ yang akhirnya dideklarasikan sebagai âSumpah Pemudaâ pada Kongres Pemuda II di Jakarta, 28 Oktober 1928. Sementara itu, pada 1927, STOVIA berganti namanya menjadi Geneeskundige Hooge School GHS. Perubahan nama ini juga disertai dengan perubahan syarat masuk GHS yang semula adalah setingkat sekolah dasar SD sekarang harus memiliki gelar setingkat Sekolah Menengah Atas SMA yang disebut Algemene Middelbare School untuk masuk kedalam sekolah pendidikan dokter ini. Sayangnya, pada akhir 1941, Stovia ditutup karena Perang Dunia ke II. Indonesia kala itu tunduk pada tentara Jepang. Selang enam bulan, seorang mahasiswa kedokteran NIAS yang bernama Soejono Martosewojo bersama Dr. Abdul Rasjid mengajukan proposal kepada Prof. Ogira Eiseibucho yang menjadi Kepala Kantor Kesehatan Pemerintah Militer Jepang untuk membuka kembali sekolah pendidikan dokter di Indonesia. Pendidikan kedokteran di Indonesia dimulai lagi dengan diresmikannya sekolah Ika Daigaku pada 29 April Kedokteran UIDiorama suasana Kongres Pemuda II yang seakan-akan pengunjung turut hadir dalam kongres tersebut. dok. AjengPada Februari 1947, Belanda yang kembali menginvasi Indonesia melangsungkan kegiatan pendidikan kedokteran dengan memakai nama Genesskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie. Tercatat pada 2 Februari 1950, kedua institusi itu melebur menjadi Tinggi Kedokteran Republik Indonesia dan Geneeskundige Faculteit Nood-Universiteit van Indonesie, berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penyatuan tersebut turut dipelopori penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada masa itu, terdapat 28 jenis mata pelajaran dan bagian di FKUI, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 288 orang dan masih terdapat beberapa orang dosen Belanda. Sebagian besar mata pelajaran juga masih diberikan dalam bahasa Belanda. Sarana pendidikan yang ada meliputi Kompleks Salemba 6, Kompleks Pegangsaan Timur 16, Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Raden Saleh. Keberadaan STOVIA memang tidak lepas dari perkembangan nasionalisme di Indonesia. Disamping kemampuan individu para pelajar STOVIA, para pelajarnya ini mampu menyatukan pelajarnya dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Selain itu, keberadaannya di pusat kota menjadikan sekolah ini menjadi tempat persemaian nasionalisme yang bagus bagi para pelajarnya. Salah satunya adalah menjadi pelopor lahirnya Sumpah Pemuda yang masih terus diperingati sampai saat Rektor Asing di Kampus Negeri, Biar Apa? Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
ProfilYuri Gagarin, Kosmonot yang Patungnya Jadi Simbol Persahabatan Indonesia-Rusia Senin, 15 Maret 2021 00:10 Pemerintah Rusia menghadiahkan patung kosmonot, Yuri Gagarin kepada pemerintah Indonesia sebagai simbol persahabatan kedua negara.
Kategori Foto Cerita Koleksi Jelajah Akun Saya 17 Mei 2017 1915 Petugas mengontrol salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional ex Gedung Stovia, Jakarta, Rabu 17/5. Gedung School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten Stovia atau Museum Kebangkitan Nasional yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1899-1901 ini awalnya merupakan suatu sekolah kedokteran bagi para orang-orang pribumi yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc/17. facebook Twitter Whatsapp pinterest museumgedung stoviadkijakarta Informasi Foto Disiarkan 17/05/2017 1915 WIB Fotografer Rivan Awal Lingga
Semuajawaban benar. Jawaban: C. Kedokteran. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, school tot opleiding van inlandse artsen (stovia) adalah sekolah . pribumi kedokteran. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Sekolah STOVIA berada di Kota?? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA dalam bahasa indonesia berarti Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi banyak dikenal sebagai tempat awal terbentuknya Organisasi Budi Otomo, sebuah organisasi modern pertama di Indonesia yang merintis usaha pergerakan secara nasional melawan pemerintahan kolonial. Memang, kala itu sudah banyak organisasi seperti ini tapi masih bersifat kedaerahan atau lokal. Lahirnya Budi Utomo menandai awal dari perjuangan panjang bangsa indonesia menentang penjajahan Belanda. Karena peran ini, hari lahir Budi Utomo tanggal 20 Mei kita peringati sebagai Hari Kebangkitan STOVIA yang sekarang dijadikan Museum Kebangkitan Nasional masih menyimpan banyak cerita sejarah seputar awal pergerakan ini. Di tempat ini, para siswa dari berbagai pelosok tanah air menimba ilmu medis guna menyiapkan diri menjadi dokter-dokter djawa yang mengabdi di desa-desa. STOVIA sendiri sebenarnya merupakan pengembangan dari Sekolah Dokter Djawa yang waktu itu secara khusus mendidik calon-calon mantri kesehatan untuk menangani penyakit-penyakit wabah seperti cacar dan kolera. Adalah Dr. H. F. Roll, direktur saat itu, dengan berani mengusulkan untuk menaikkan status menjadi STOVIA pada tahun 1898 bahkan untuk mencapai tujuannya ini, Ia rela mencari dukungan pihak swasta untuk membangun gedung, alat peraga, dan fasilitas penunjang lainnya sesuai standar Eropa saat itu. Tahun 1902, secara resmi menjadi dalam asrama STOVIA ini, para siswa bukan hanya belajar kedokteran yang merupakan keharusan tapi juga mulai mengasah minat bakat dan kemampuan berorganisasi. Benih-benih ini selanjutnya mengarahkan R. Soepomo dkk untuk mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 yang dengan gigih memperjuangkan kesejahteraan masyarakat pribumi saat itu. Setelah Budi Utomo, berbagai organisasi pergerakan pun bermunculan di STOVIA diantaranya Tri koro darmo, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sarekat Islam, Muhammadiyah, dll. Kehadiran berbagai organisasi ini pun tidak lepas dari kondisi rakyat yang mereka alami sendiri di bawah pemerintahan Hindia sekilas sekelumit kisah STOVIA dan pergerakan nasional. Rintisan mereka telah mengubah sejarah panjang bangsa ini. Semangat mereka ini pun tidak menguap begitu saja atau usang pada tembok-tembok tegap dan barang-barang antik di dalamnya. Paling tidak semangat itu bisa menjiwai rekan-rekan sejawatnya untuk membawa negeri ini menjadi lebih sehat. Sekarang Museum bekas gedung STOVIA ini masih kokoh dan nuasa keheningan disana masih tetap kerasa meski berada di tengah-tengah kebisingan dan carut marut kota Jakarta. Berbagai alat kedokteran yang canggih di zaman mereka dulu masih tertata rapi di sana. Lihat Travel Story Selengkapnya
STOVIAberada di Weltevreder, pusat Kota Batavia, yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Dengan demikian, sekolah STOVIA berada di Batavia.
loading...STOVIA School tot Opleiding van Inlandsche Artsen merupakan salah satu sekolah yang didirikan oleh Belanda untuk Pribumi. Foto DOK ist JAKARTA - STOVIA School tot Opleiding van Inlandsche Artsen merupakan salah satu sekolah yang didirikan oleh Belanda untuk Pribumi. Dibangun sejak abad ke-19, sekolah yang dikenal sebagai Sekolah Dokter Djawa ini berada di Batavia zaman Hindia Belanda .Dikutip dari dibentuknya sekolah ini dikarenakan kala itu sedang terjadi wabah penyakit yang tersebar di Pulau Jawa yang membuat Pemerintah Belanda mengalami juga Ini Alasan Stovia Akhirnya Harus Dibentuk Oleh BelandaUntuk membawa tenaga dokter dari Eropa diperlukan biaya yang tidak sedikit. Ketimbang membawa tenaga kesehatan Pemerintah Belanda berpikir untuk mendirikan sekolah Hindia Belanda lantas membentuk STOVIA dalam rangka membentuk pendidikan medis untuk pribumi agar dapat menghasilkan dokter yang cakap dalam bidang Jurnal bertajuk Perkembangan Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia, Sekolah ini bertujuan untuk mendidik tenaga kesehatan tingkat rendah dengan syarat calon siswa baru harus dari kalangan elit berikutnya adalah, usia minimal bagi siswa adalah 16 tahun. Dengan masa pendidikan yang berlangsung selama dua tahun menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa dari STOVIA ini pada awalnya bekerja sebagai "Mantri Cacar", kemudian setelah perubahan masa studi menjadi tiga tahun, mereka diperbolehkan untuk membuka praktek tahun 1903, STOVIA meningkatkan syarat-syarat untuk para pendaftarnya yang merupakan salah satu bentuk politik etis tenaga medis alumni sekolah kedokteran ini sangat dibutuhkan di perkebunan Deli, Sumatera Timur, yang berminat untuk mendapatkan tenaga-tenaga medis berkualitas dan juga Dokter Anak Tegaskan Indonesia Belum Siap Buka Kegiatan Sekolah Kemudian, lulusan STOVIA juga berperan dalam menangani wabah penyakit yang muncul pada tahun 1911. Dengan adanya sekolah ini tentu memberikan pengaruh besar bagi dunia kesehatan Hindia Belanda kala siswa kedokteran ini berasal dari kalangan berada, STOVIA juga turut memberi pengaruh dalam hal sosial politik. Karenanya para siswa tidak hanya diajarkan tentang ilmu medis saja, namun juga tentang nasionalisme dan pentingnya terletak di Weltevreden, pusat Kota Batavia yang juga pusat kegiatan politik, ekonomi,dan kebudayaan. Puncak pemikiran dari siswa STOVIA yaitu ketika dokter Wahidin Soedirihuesodo di bawah pimpinan dokter Soetomo mendeklarasikan organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Beberapa tokoh Pahlawan Nasional juga turut tercipta lewat lembaga pendidikan buatan Belanda ini. Sebut saja seperti dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan Ario Tirtokusumo. Mereka adalah para aktivis intelektual sekaligus pendiri Boedi Oetomo, yakni organisasi pertama di masa pergerakan nasional. bim
Dariberbagai sumber disebutkan, bahwa lokasi Kerkhof Laan itu jauh dari tembok kota Batavia, yang posisinya ketika itu berada di Kota Tua sekarang. Sekalipun hanya terpaut jarak sekitar 7 kilometer, demikian dikisahkan jika ada warga Batavia meninggal, maka usungan jenasah dibawa menggunakan perahu atau sampan menyusuri kanal-kanal kota hingga
Jakarta - Setiap 20 Mei, Indonesia merayakan Hari Kebangkitan Nasional. Di tanggal yang sama pada 1908 lalu, sebuah organisasi modern nasional Indonesia pertama lahir, yakni Budi Utomo. Hari kelahiran Budi Utomo itulah yang kemudian dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Mereka yang mendeklarasikan berdirinya Budi Utomo adalah para pelajar STOVIA. Hari Kebangkitan Nasional, Jokowi Kita Ditantang Bersama Atasi Pandemi Covid-19 8 Spesies Tumbuhan Unik dari Indonesia Ditemukan 2 Peneliti LIPI Selama Pandemi 2020 Ashanty Sebut Tak Kuat Menginap di Hotel Mewah Dubai Kalau Bukan Harga Covid-19 Berdirinya Budi Utomo itu juga lekat dengan isyarat kebangkitan Indonesia. Hal itu dijelaskan dalam buku Dari Kebangunan Nasional Sampai Proklamasi Kemerdekaan karya Ki Hadjar Dewantara. "Beberapa dan pelbagai perhimpunan, baik yang bersifat kultureel dan sosial, maupun jang berdasarkan agama, politik dan ekonomi, segera menjusul berdiri di tengah-tengah masjarakat kita di segenap daerah-daerah tanah air kita," tulis Ki Hajar Dewantara, yang juga sempat menuntut ilmu di STOVIA. Pada 1 Maret 1902, gedung, yang sekarang dialihfungsi sebagai Museum Kebangkitan Nasional, itu mulai resmi digunakan untuk School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA. Munculnya STOVIA pun menandai berakhirnya Sekolah Dokter mengamati diorama sejarah di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis 20/5/2021. Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati pada tanggal 20 Mei merupakan refleksi mengenang masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme. FananiSTOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden, sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Hal itu diungkap Ika Yuni Purnama dari Institut Kesenian Jakarta IKJ dalam Jurnal Senirupa Warna tahun mengamati diorama sejarah di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis 20/5/2021. Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati pada tanggal 20 Mei merupakan refleksi mengenang masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme. FananiPada 5 Juli 1920 secara resmi seluruh kegiatan pendidikan STOVIA dipindahkan ke Salemba, sedangkan STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Baru pada 1926, asrama pelajar pun hijrah ke wilayah Salemba. Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara SMP di masa sekarang. Seorang wanita melihat lukisan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis 20/5/2021. Hari Kebangkitan Nasional juga merupakan refleksi kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan. FananiPada 20 Mei 1974, Gedung Kebangkitan Nasional diresmikan Presiden Soeharto sebagai Gedung Kebangkitan Nasional. Pada 27 September 1982 pengelolaan Gedung Kebangkitan Nasional dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta pada pemerintah pusat, dalam kasus ini Departeman Pendidikan dan mengamati diorama sejarah di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis 20/5/2021. Hari Kebangkitan Nasional juga merupakan refleksi kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan. FananiKemudian, pada 12 Desember 1983, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selain jadi cagar budaya, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk melestarikan sejarah kebudayaan masa lalu. Letak museum itu berada di Jalan Dr Abdul Rahman Saleh, Senen, Jakarta Video Pilihan di Bawah IniAktivitas ini bisa anda saksikan setiap Sabtu pagi, di Museum Kebangkitan Nasional di Kawasan Senen, Jakarta Pusat. Sejak 3 tahun lalu, belajar musik dan tari tradisional dilakukan di tempat ini. Gratis, tanpa biaya.
j0fmRiR. h27f1z17m3.pages.dev/270h27f1z17m3.pages.dev/940h27f1z17m3.pages.dev/205h27f1z17m3.pages.dev/503h27f1z17m3.pages.dev/68h27f1z17m3.pages.dev/838h27f1z17m3.pages.dev/939h27f1z17m3.pages.dev/635h27f1z17m3.pages.dev/557h27f1z17m3.pages.dev/503h27f1z17m3.pages.dev/460h27f1z17m3.pages.dev/754h27f1z17m3.pages.dev/593h27f1z17m3.pages.dev/979h27f1z17m3.pages.dev/385
stovia berada di kota